Jumaat, 27 Mei 2016

(ITTIBA ROSULULLAH SAW) SIFAT SHALAT, BACAAN DALAM SHALAT, ZIKIR & DOA SELEPAS SHALAT

Soalan : Apakah maksud hadis "solat la kamu seperti mana kamu melihat aku(Rasulullah SAW) bersolat"
ada yg berpendapat,tidak perlu cara yg diajar di dlm mazhab utk solat.tapi ikut cara seperti yg di sebutkan  dlm sabda Baginda di atas..tp skg ni..kalau kita tgk..banyak sekali cara kita2 solat yg berlainan..dengan alasan masing2 mengikuti mazhab dan ada khilaf. bagaimanakah langkah terbaik untuk menghadapi isu ini?

Jawapan :
Waalaikumussalam.
Bismillah.

Hadis Nabi saw itu adalah hadis shahih. Dalam hal seluruh ibadah, kita wajib Ittiba (mengikuti berdasarkan dalil) kepada Allah dan Rosul. Tidak salah jika kita mengikuti Imam Mazhab, asalkan kita jangan bertaqlid (ikut tanpa dalil).

I'TISHOM ALQURAN & ASSUNNAH

Landasan ilmu agama adalah al-Qur`an dan Hadits Rosululloh saw. Rosululloh saw telah bersabda:

ﺇِﻧِِّﻲْ ﻗَﺪْ ﺗَﺮَﻛْﺖُ ﻓِﻴْﻜُﻢْ ﻣَﺎ ﺇِﻥِ ﺍﻋْﺘَﺼَﻤْﺘُﻢْ ﺑﻪِ ﻓَﻠَﻦْ ﺗَﻀِﻠُّﻮْﺍ ﺃَﺑَﺪًﺍ : ﻛِﺘَﺎﺏَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺳُﻨَّﺔَ ﻧَﺒِﻴِّﻪِ .

“ Sesungguhnya aku telah meninggalkan di antara kalian sesuatu yang apabila kalian berpegang teguh kepadanya, niscaya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabulloh dan Sunnah NabiNya. ”
(Shahih. HR. Hakim I/71, no. 319. Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shohih at-Targhib wa at-Tarhib , no. 40, I/125.)

Nabi saw bersabda,
صلّوا كما رأيتموني أصلّي
"shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat"
[Shahih, HR Al-Bukhori(631) dari Abu Qilabah, Ahmad(5/53) dari Malik Al Huwairits]

Nabi saw> zaman para Sahabat> Tabiin > Tabiut Tabiin

Mereka itulah Salafusholeh(3kurun terawal) yang paling memahami Agama Islam.

MENINGGALKAN PENDAPAT IMAM, DAN MEMILIH PENDAPAT IMAM LAIN YANG LEBIH MENDEKATI KEPADA KEBENARAN

Para ulama berkata:
ﺃﻗﻮﺍﻝ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻓﻴﺤﺘﺞ ﻟﻬﺎ ﻭﻻ ﻳﺤﺘﺞ ﺑﻬﺎ
“ Pendapat para ulama itu memerlukan dalil dan ia(kalam ulama) bukanlah dalil ”

Imam Abu Hanifah berkata:

ﻻ ﻳﺤﻞ ﻷﺣﺪ ﺃﻥ ﻳﺄﺧﺬ ﺑﻘﻮﻟﻨﺎ؛ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻌﻠﻢ ﻣﻦ ﺃﻳﻦ ﺃﺧﺬﻧﺎﻩ
“ Tidak halal bagi siapapun mengambil pendapat kami, selama ia tidak tahu darimana kami mengambilnya (dalilnya) ” (Diriwayatkan Ibnu ‘Abdil Barr dalam Al Intiqa 145, Hasyiah Ibnu ‘Abidin 6/293. Dinukil dari Ashl Sifah Shalatin Nabi , 24)

Imam Ahmad bin Hambal berkata:

ﻻ ﺗﻘﻠﺪﻧﻲ، ﻭﻻ ﺗﻘﻠﺪ ﻣﺎﻟﻜﺎً، ﻭﻻ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ، ﻭﻻ ﺍﻷﻭﺯﺍﻋﻲ، ﻭﻻ ﺍﻟﺜﻮﺭﻱ، ﻭﺧﺬ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﺃﺧﺬﻭﺍ

“ Jangan taqlid kepada pendapatku, juga pendapat Malik, Asy Syafi’i, Al Auza’i maupun Ats Tsauri. Ambilah darimana mereka mengambil (dalil) ” (Diriwayatkan oleh Ibnul Qayyim dalam Al I’lam 2/302. Dinukil dari Ashl Sifah Shalatin Nabi , 32)

Imam Asy Syafi’i berkata:

ﺃﺟﻤﻊ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻣﻦ ﺍﺳﺘﺒﺎﻧﺖ ﻟﻪ ﺳﻨﺔ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻟﻪ ﺃﻥ ﻳﺪﻋﻬﺎ ﻟﻘﻮﻝ ﺃﺣﺪ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ

“ Para ulama bersepakat bahwa jika seseorang sudah dijelaskan padanya sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak boleh ia meninggalkan sunnah demi membela pendapat siapapun ” (Diriwayatkan oleh Ibnul Qayyim dalam Al I’lam 2/361. Dinukil dari Ashl Sifah Shalatin Nabi, 28 )

Para ulama bukan manusia ma’shum yang selalu benar dan tidak pernah terjatuh dalam kesalahan. Terkadang masing-masing dari mereka berpendapat dengan pendapat yang salah karena bertentangan dengan dalil. Mereka kadang tergelincir dalam kesalahan.

Imam Malik berkata:

ﺇﻧﻤﺎ ﺃﻧﺎ ﺑﺸﺮ ﺃﺧﻄﺊ ﻭﺃﺻﻴﺐ، ﻓﺎﻧﻈﺮﻭﺍ ﻓﻲ ﺭﺃﻳﻲ؛ ﻓﻜﻞ ﻣﺎ ﻭﺍﻓﻖ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ؛ ﻓﺨﺬﻭﻩ، ﻭﻛﻞ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻮﺍﻓﻖ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ؛ ﻓﺎﺗﺮﻛﻮﻩ

“ Saya ini hanya seorang manusia, kadang salah dan kadang benar. Cermatilah pendapatku, tiap yang sesuai dengan Qur’an dan Sunnah, ambillah. Dan tiap yang tidak sesuai dengan Qur’an dan Sunnah, tinggalkanlah.. ” (Diriwayatkan Ibnu ‘Abdil Barr dalam Al Jami 2/32, Ibnu Hazm dalam Ushul Al Ahkam 6/149. Dinukil dari Ashl Sifah Shalatin Nabi, 27)

JIKA TERJADI PERSELISIHAN, MAKA WAJIB BERHUKUM KEPADA DALIL, BUKAN DENGAN ALASAN "INI KAN KHILAF"

Terlalu banyak firman Allah dan sabda Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam yang memerintahkan kita untuk berhukum dengan Qur’an dan Sunnah ketika terjadi perselisihan. Allah Ta’ala berfirman:

ﻓَﺈِﻥْ ﺗَﻨَﺎﺯَﻋْﺘُﻢْ ﻓِﻲ ﺷَﻲْﺀٍ ﻓَﺮُﺩُّﻭﻩُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝِ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِ ﺫَﻟِﻚَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻭَﺃَﺣْﺴَﻦُ ﺗَﺄْﻭِﻳﻠًﺎ
“ Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. ” (QS. An Nisa: 59)

Allah Ta’ala berfirman:

ﻭَﻣَﺎ ﺍﺧْﺘَﻠَﻔْﺘُﻢْ ﻓِﻴﻪِ ﻣِﻦْ ﺷَﻲْﺀٍ ﻓَﺤُﻜْﻤُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ
“ Tentang sesuatu yang kalian perselisihkan maka kembalikan putusannya kepada Allah ” (QS. Asy Syura: 10)

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻣَﻦْ ﻳَﻌِﺶْ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﺑَﻌْﺪِﻱ ﻓَﺴَﻴَﺮَﻯ ﺍﺧْﺘِﻠَﺎﻓًﺎ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ، ﻓَﻌَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑِﺴُﻨَّﺘِﻲ ﻭَﺳُﻨَّﺔِ ﺍﻟْﺨُﻠَﻔَﺎﺀِ ﺍﻟْﻤَﻬْﺪِﻳِّﻴﻦَ ﺍﻟﺮَّﺍﺷِﺪِﻳﻦَ، ﺗَﻤَﺴَّﻜُﻮﺍ ﺑِﻬَﺎ ﻭَﻋَﻀُّﻮﺍ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺑِﺎﻟﻨَّﻮَﺍﺟِﺬِ

“ Sesungguhnya sepeninggalku akan terjadi banyak perselisihan. Maka hendaklah kalian berpegang pada sunnahku dan sunnah khulafa ar rasyidin. Peganglah ia erat-erat, gigitlah dengan gigi geraham kalian ” (Shahih, HR. Abu Daud 4607, Ibnu Majah 42, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud )

Hadits ini juga memberi faidah bahwa Qur’an dan Sunnah dipahami dengan pemahaman para salaf. Selain itu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ﺇﻥ ﺑﻨﻲ ﺇﺳﺮﺍﺋﻴﻞ ﺗﻔﺮﻗﺖ ﻋﻠﻰ ﺛﻨﺘﻴﻦ ﻭﺳﺒﻌﻴﻦ ﻣﻠﺔ ، ﻭﺗﻔﺘﺮﻕ ﺃﻣﺘﻲ ﻋﻠﻰ ﺛﻼﺙ ﻭﺳﺒﻌﻴﻦ ﻣﻠﺔ ﻛﻠﻬﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﺇﻻ ﻣﻠﺔ ﻭﺍﺣﺪﺓ ، ﻗﺎﻝ ﻣﻦ ﻫﻲ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ؟ ﻗﺎﻝ : ﻣﺎ ﺃﻧﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻲ

“ Bani Israil akan berpecah menjadi 74 golongan, dan umatku akan berpecah menjadi 73 golongan. Semuanya di nereka, kecuali satu golongan”. Para sahabat bertanya: “Siapakah yang satu golongan itu, ya Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Orang-orang yang mengikutiku dan para sahabatku ” (HR. Tirmidzi no. 2641. Dalam Takhrij Al Ihya (3/284) Al’Iraqi berkata: “Semua sanadnya jayyid”)

Jelas sekali bahwa jika ada perselisihan maka solusinya adalah kembali kepada dalil, dan tentunya dipahami dengan pehamaman generasi terbaik umat Islam yaitu sahabat Nabi, tabi’in dan tabi’ut tabi’in . Maka tidak tepat sebagian orang yang jika ada perselisihan selalu menuntut toleransi terhadap semua pendapat, seolah semua pendapat itu benar semua, dan semuanya halal, hanya dengan dalih ‘ini khan khilafiyyah‘.

Orang yang hatinya berpenyakit akan mencari-cari pendapat salah dan aneh dari para ulama demi mengikuti nafsunya menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Sulaiman At Taimi berkata,

ﻟَﻮْ ﺃَﺧَﺬْﺕَ ﺑِﺮُﺧْﺼَﺔِ ﻛُﻞِّ ﻋَﺎﻟِﻢٍ ، ﺃَﻭْ ﺯَﻟَّﺔِ ﻛُﻞِّ ﻋَﺎﻟِﻢٍ ، ﺍﺟْﺘَﻤَﻊَ ﻓِﻴﻚَ ﺍﻟﺸَّﺮُّ ﻛُﻠُّﻪُ

“ Andai engkau mengambil pendapat yang mudah-mudah saja dari para ulama, atau mengambil setiap ketergelinciran dari pendapat para ulama, pasti akan terkumpul padamu seluruh keburukan” (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya, 3172)

Kesimpulan  :

1- Kita wajib Ittiba (ikut berdasarkan dalil)

2- Kita diharamkan Taqlid (ikut tanpa dalil)

3- Kita tidak boleh cenderung kepada 1 Mazhab Syafiyyah sahaja(padahal kesalahan masih ada). Jika kita meninggalkan sebahagian pendapat di kalangan Syafiiyyah kerana memilih pendapat dikalangan mazhab sunni lain yang lebih mendekati kebenaran petunjuk dalil. Hal itu tidaklah bermakna kita menghina mereka mazhab Syafiyyah.

4- Mazhab Malikiyyah, Syafiyyah, Hambaliyyah dll mazhab sunni juga saling berkongsi pendapat antara sesama mereka (Para Ulama) dengan cara ittiba kepada Alquran & As-Sunnah.

Semoga Allah menambahkan Ilmu kefahaman kpd kita dalam beragama. Aamiin.

Nabi saw bersabda,
ﺻﻠّﻮﺍ ﻛﻤﺎ ﺭﺃﻳﺘﻤﻮﻧﻲ ﺃﺻﻠّﻲ
"shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat"
[Shahih, HR Al-Bukhori(631) dari Abu Qilabah, Ahmad(5/53)dari Malik Al Huwairits]

1• NIAT TERLETAK DALAM HATI DAN TIDAK BOLEH DIUCAP DIATAS BIBIR

2• TAKBIR KEMUDIAN MEMBACA IFTITAH YANG SHAHIH DAN KEMUDIAN MEMBACA TA'WUDZ YANG SHAHIH

3• BERSEDAKAP MELETAKKAN TANGAN KANAN DIATAS TANGAN KIRI DAN MELETAKKAN DIATAS DADA, INILAH YANG SHAHIH

4• MEMBACA SURAH ALFATIHAH IALAH RUKUN DALAM SHALAT

5• MEMBACA SURAH SELEPAS ALFATIHAH

6• CARA RUKUK YANG SHAHIH DAN BACAAN KETIKA RUKUK YANG SHAHIH & DAN LARANGAN MEMBACA AYAT ALQURAN KETIKA RUKUK DAN SUJUD

7• BANGKIT DARI RUKUK DAN BACAAN YANG SHAHIH

8• TURUN HENDAK SUJUD, MELETAKKAN TANGAN SEBELUM LUTUT

9• CARA SUJUD YANG BENAR BERDASARKAN HADIS SHAHIH & DAN LARANGAN MEMBACA AYAT ALQURAN KETIKA RUKUK DAN SUJUD

10• CARA DUDUK DIANTARA DUA SUJUD SAMA DENGAN CARA DUDUK PADA TASYAHUD RAKAAT KEDUA, IAITU PANTAT DIATAS KAKI KIRI, DAN KAKI KANAN DITEGAKKAN & ISYARAT JARI TELUNJUK KETIKA TASYAHUD

11• CARA DUDUK TAWARRUK PADA TASYAHUD AKHIR

12• BACAAN TAHIYAT PADA TASYAHUD AWAL & BACAAN PADA TASYAHUD AKHIR

13• ZIKIR & BACAAN SELEPAS SHALAT YANG SHAHIH

DOA SELEPAS SHALAT IALAH WAKTU YANG MUSTAJAB. BOLEH DOA APA SAHAJA. DAN ORANG YANG SENAGAJA TIDAK BERDOA ADALAH ORANG YANG SOMBONG KEPADA ALLAH DAN SEBAGAI HUKUMAN ADALAH MASUK NERAKA JAHANNAM DALAM KEADAAN HINA DINA

Untuk meninjau lagi dalil-dalil shalat sila klik disini

Tiada ulasan:

Catat Ulasan